90 tahun NU sudah berdiri dan menjadi sebuah organisasi yang besar. Ditambah lagi, selama ini perannya dalam membantu kemerdekaan turut serta dalam peristiwa penting yang terjadi di Indonesia, membuktikan bagaimana pentingnya kedudukan NU di mata masyarakat. Tidak hanya sebagai organisasi yang berhasil dalam mengontrol sosial masyarakat, NU sekarang sudah mulai masuk kedalam ranah politik untuk ikut serta dalam mengawasi jalannya pemerintahan. Agar Indonesia tetap menjadi sebuah Negara yang patut untuk diperjuangkan dan juga sesuai dengan kaidah-kaidah agama.

Walaupun dasar keislaman dalam diri Indonesia selama ini masih gagal untuk ditanamkan, seperti pada mulanya bunyi sila pertama yang mengandung unsur islam diganti dengan “Ketuhanan Yang Maha Esa” , hingga sampai terpilihnya Gus Dur sebagai Presiden Indonesia. Tapi itu sama sekali bukan penghambat jalannya dasar-dasar islam masuk kedalam diri setiap umat masyarakat yang ada. Hal ini dibuktikan bagaimana semaraknya setiap umat diberbagai wilayah memeriahkan acara 90 tahun NU ini, dengan menggelar berbagai lomba keislaman, tidak hanya satu hari. Bahkan hingga berhari-hari.

Seperti yang dijelaskan oleh KH. Sollahuddin Wahid dalam tulisannya “90  tahun Jam’iiyah Nadhatul Ulama” menyampaikan bagaimana perjuangan NU, KH. Hasyim Asyari mempertahankan syariat-syraiat islam hingga berdirinya NU di tahun 1926. NU sendiri bermula dari bagaimana para ulama dulunya masuk ke Indonesia dan mulai menyebarkan ajaran islam. Mereka tidak pernah sedikitpun memaksakan unsur islam masuk kedalam masyarakat yang waktu itu kebanyakan masih memegang ajaran Hindu-Budha.

Mereka, para Ulama, malah menggandeng kegiatan-kegiatan masyarakat, memasukkan unsur keislaman disana, dan tidak sama sekali memberatkan masyarakat dengan berbagai ilmu tinggi yang dimiliki oleh para ulama. Dan hasilnya, tentu saja bisa disaksikan sekarang ini  bahwa Indonesia sebagai salah satu Negara dengan jumlah penduduk muslim tertinggi. Mengalahkan Saudi Arabia, yang dulunya menjadi pusat islam pertama kali berkembang.

Hal ini kemudian diteruskan oleh para Kiai yang pernah nyantri di tebu ireng dan dibina khusus oleh KH. Hasyim Asyari sehingga dapat mendirikan pondok-pondok pesantren yang besar di daerah masing-masing. Demi melanjutkan perjuangan dan  sebagai bukti pengabdian mereka terhadap KH. Hasyim Asyari dan masyarakat,  mereka juga mendirikan komunitas (jama’ah) Aswaja (Ahlus Sunnah Wal Jama’ah)

NU Sebagai Benteng Ideologi

NU awalnya tercipta karena banyak keresahan para Ulama mengenai, oknum-oknum yang ingin menggerogoti ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah. Selain itu banyak pula yang ingin menjadikan ideologi Negara Indonesia, Pancasila untuk kepentingan golongan. Hal ini tentu saja, harus selalu menjadi pedoman bagi para pejuang NU. Pancasila adalah sebuah ideologi bangsa yang menjadi arah Indonesia akan berjalan nantinya, jika ideologi yang dimiliki sudah dicampuri dengan berbagai intervensi golongan tentu saja akan menimbulkan perpecahan, ketimpangan sosial dan kemarahan publik.

Nu yang sejak dulu mengawal NKRI hingga kemerdekaannya, selalu menyuarakan kepada pengikutnya agar terus menjaga dan merawat ideologi pancasila. Sebagai salah satu bukti kecintaannya kepada Negara , apalagi  sudah di sampaikan oleh KH. Wahab Chasbulloh, bahwa cinta kepada Negara juga menunjukkan rasa keimanan seseorang.


Apalagi di jaman sekarang ini, masih banyak oknum yang ingin mengubah ideologi pancasila, dan berusaha untuk menjadikan ajaran agama islam yang semakin semrawut dan salah kaprah. Dengan mengatasnamakan agama mencoba membenarkan ajaran mereka dan menyesatkan umat. disinilah para pejuang jihad NU, harus kembali bersuara, kembali mengawal pancasila dan Negara, sama seperti perjuangan para Kiai dulu. Sehingga para pejuang NU dapat menjadi benteng ideologi Negara Indonesia, untuk Indonesia yang bermartabat, aman, makmur dan terjaga syariat islamnya.