PPL 2
"Ingat Nantinya, di Kaki kalian akan banyak anak menggantungkan hidupnya," salah satu ucapan dosen hari ini saat konsul dalam pembuatan lesson plan atau yang biasa disebut RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Kata yang cukup ekstrem, tapi jika dipikirkan kembali memang ada benarnya juga. Karena bagaimanapun tugas guru sebagai pendidik yang akan bertanggung jawab pada pendidikan siswanya. Pantas saja jika ada pepatah mengatakan bahwa Guru Kencing Berdiri, Maka Siswa Kencing Berlari. 

Sebagai salah satu mahasiswa yang entah bagaimana bisa bergelut dalam bidang pendidikan, kata-kata seperti itu mau tak mau harus aku telan setiap hari. Apalagi jujur aja sebagai tambahan uang jajan, profesi guru les memang cukup menggiurkan bagi kami anak mahasiswa kos-kosan. Jadi bahkan sebelum syah kami menjadi guru, kami secara langsung sudah mulai berkecimpung dalam dunia kelas, bertemu dengan murid asli dengan segala tingkah pongah mereka. 

Tapi yang namanya pekerjaan, pasti ada aja susahnya, gak cuma guru, kuli bangunan aja harus mempertaruhkan nyawa mereka dalam bekerja, karena kecelakaan bisa terjadi kapan aja. Apalagi pekerjaan yang berhubungan secara langsung dengan kehidupan manusia (human life) seperti guru, dokter dan lain sebagainya. Tanggung jawab mereka bukan pada benda mati, namun benda hidup yang punya akal dan pikiran masing-masing, dan tugas guru tidak hanya mendidik tapi membentuk karakter siswanya. 

Nah, ngomong-ngomong soal karakter, sebenarnya secara gak langsung kita bakal ngomongin juga guru-guru lain yang turut berkecimpung dalam pembentukan karakter anak. yah, You know lah, apa yang sedang aku maksut sekarang ini. intinya guru yang benar-benar membawa karakter anak ke jalan yang benar dan mampu untuk melakukannya sangat luar biasa hebat. Karena berhasil menghalau segala macam guru lainnya yang mampu merusak karakter anak itu sendiri. Makanya pantas jika guru disebut dengan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, walaupun faktanya mereka digaji, mereka tetap bekerja sukarela mengurus anak-anak bahkan lebih besar dari upah yang diterimanya. 

Tapi namanya jaman yang berubah, banyak pula yang berubah bahkan niat awal yang mulia pun ikut bisa berubah. Faktanya, banyak guru sekarang yang hanya menjadi pengajar, tanpa melihat karakter anak, setelah tugas mengajar mereka selesai ya selesai, tidak peduli apakah anak itu mengerti, mendapatkan pemahaman yang baik dan menemukan sisi positif dari pelajaran yang baru saja didapatkannya. Bahkan pekerjaan guru yang seharusnya paling susah diantara pekerjaan lainnya menjadi mudah dan pilihan terakhir saat tidak bisa mendapatkan pekerjaan yang lainnya. bukannya ini sangat disayangkan. 

Salah satu dosenku sendiri juga pernah mengatakan, bahwa seorang guru dituntut untuk menjadi seorang yang serba bisa dan banyak keahlian agar bisa menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya. Mereka tidak hanya bisa berkomunikasi dengan baik, tidak hanya bisa menulis, atau memahami suatu dengan cepat dan tepat. Tapi semuanya harus bisa dikuasai. Oleh sebab itu, dosen itu cuma bisa geleng-geleng kepala, saat tahu bahwa ada mahasiswanya yang menjadikan guru sebagai pilihan terakhir, seakan-akan pekerjaan guru itu mudah dan mampu dilakukan siapa saja. Ingat Brow, guru itu gak cuma pintar, yang paling penting tahu cara mengajar dan memahamkan murid serta sabar tingkat dewa, apalagi pas ketemu murid yang super bandel. 

Mungkin itulah yang dimaksud oleh dosenku, Inisialnya Bapak Fajar, dosen bidang study TEYL (Teaching English for Young Learner) ketika konsultasi tadi siang. beliau berharap bahwa kami para mahasiswanya yang nantinya sebagai calon guru mengerti bahwa menjadi guru bukanlah hal mudah di jaman yang era praktis ini, Kami harus pintar-pintarnya membuat kegiatan yang membuat anak-anak tidak hanya fun dalam belajar, tapi juga mampu mengambil dan secara tidak langsung mengamalkan sisi positif dalam kegiatan yang kami buat. Bukan lagi dengan cara konvensional yang pembelajaran berpusat pada guru (Teacher Center), tapi juga lebih banyak berpusat pada murid (Student Center), sehingga murid bisa belajar bekerja sama satu sama lain. Beliau berharap bahwa kami nantinya bisa menjadi guru yang lebih baik dari guru sekarang, bahkan dari beliau sendiri. 

Jadi sekali lagi, jangan meremehkan pekerjaan guru, jika memang kamu benar-benar ingin menjadi seorang pendidik, maka lakukanlah sepenuh hati, karena setiap pekerjaan termasuk guru bukanlah pekerjaan yang mudah atau buat jaga-jaga kalo gak dapet pekerjaan lainnya. Karena nasib anak-anak dimasa depan adalah tanggung jawabmu bahkan kamu bertugas untuk menghalau dan menyingkirkan semua yang negatif yang datang dalam diri anak-anak. Guru yang baik bukan hanya mereka yang pintar dalam mendidik pelajaran, tapi mereka juga yang mampu siswa mendapatkan dan mengamalkan ilmu kehidupan dalam kehidupannya. 

Terimakasih buat pak Fajar atas ceramahnya, sebenarnya kalau boleh jujur saya sebenarnya gak terlalu berniat juga untuk menjadi guru, hehehehe. saya gak sengaja aja masuk dalam dunia pendidikan, Namun saya sangat menghormati dan membenarkan ucapan Bapak, Karena jujur saya juga cukup miris melihat nasib anak-anak sekarang ini yang terlihat semakin jauh dari jalurnya. Semoga kami, bahkan saya, maupun pembaca blog ini, mampu mengamalkan pesan-pesan bapak. Dan benar-benar bisa menjadi pendidik yang tidak hanya mendidik. 

Salam Hangat, Surabaya 11 November 2015