Mungkin setiap orang sering bertanya-tanya bagaimana caranya supaya tulisan bisa masuk ke dalam media atau diterima di penerbit bagi yang ingin membuat buku. Selain fee yang didapatkan sangat lumayan, di tambah lagi dengan masuk kedalam media tulisan seseorang juga akan dikenal. Bahkan sering mendapat apresiasi karena dianggap telah memenuhi persyaratan menulis yang baik dan bisa di jadikan acuan dan motivasi untuk terus berkarya.

Walaupun menulis adalah pekerjaan abadi, kata Aguk Irawan dalam sebuah seminar kepenulisan. Dilanjutkan dengan pendapat Asma Nadia yang mengatakan bahwa menulis itu harus konsisten dan juga sesuai kebutuhan masyarakat luas karena pastinya yang menjadi objek pemasaran nantinya masyarakat. Diperlukan adanya motivasi dalam menulis. Aguk irawan mengungkapkan bahwa  motivasi menulis dapat diperoleh dari banyak hal, termasuk hubungan asmara remaja itu bisa menjadi awal semangat menulis. Selain itu pula idola pun bisa menjadi semangat untuk menulis.

“Saya dulu awal suka menulis karena tidak sengaja menemukan buku Buya Hamka yang berjudul Di Bawah Lindungan Ka’bah” ungkapnya saat ditanya motivasi dalam menulis.

Namun yang paling penting menurutnya pula adalah ketika mengambil idola sebagai motivasi menulis, jangan hanya mengidolakan satu orang saja. Namun semakin banyak idola seorang penulis itu semakin bagus. Hal ini digunakan untuk menghindari adanya plagiarism gaya atau karakter menulis. Karena setiap orang pasti mempunyai gaya kepenulisan sendiri-sendiri. Jadi yang harus dilakukan seorang penulis sebelum menulis adalah menemukan gayanya atau passionnya sendiri dalam menulis.

Asma Nadiapun tak ketinggalan menambahkan bahwa seorang penulis harus menekankan terhadap 5 hal ketika menulis diantaranya mengenai judul, isi, ending tulisan, pembukaan dan sesuai kebutuhan orang banyak atau tidak. Menurutnya menulis tidak hanya berkarya namun juga bisa dijadikan sarana berdakwah sehingga kalau bisa tulisan yang ditulis harus ada manfaatnya atau sesuai kebutuhan orang banyak saat itu. Seperti salah satu bukunya yang diangkat dalam sebuah sinetron berjudul CHSI (Curhatan Hati Seorang Istri) menurutnya cerita-cerita istri seperti itu penting untuk diangkat selain jarang ditemukan buku yang membahasnya, juga bisa dijadikan pembelajaran bagi pasangan berumah tangga.

Tulisan Yang berkualitas

Lain Novel lain pula dengan essay atau artikel, menurut angota Perhimpunan Wartawan Indonesia  (PWI Indonesia) yang saya agak lupa namanya dalam suatu seminar pula  menyebutkan bahwa artikel yang diterima di media adalah artikel dengan tulisan yang berkualitas. Tulisan dimana tidak hanya EYD nya yang benar namun juga memiliki konten yang berbobot. Konten inilah yang paling penting selain EYD yang benar, dan untuk mendapatkan konten yang berkualitas dapat menggunakan beberapa cara misalnya dengan menggunakan narasumber yang berkualitas. Misalnya ketika ingin menulis masalah yang diangkat adalah masalah kelautan, tentu saja narasumber yang diambil bisa menteri kelautan. Sehingga informasi yang didapatkan benar-benar aktual bukan mengada- ada, serta tepat sasaran.

Selain narasumber yang berkualitas, isu yang diambil adalah isu yang sedang hangat-hangatnya. Karena berita akan selalu update begitupun tulisan pun juga harus ikut update karena masyarakat sekali lagi yang menjadi sasaran pemasaran pun telah mampu memilah-milah mana berita yang update mana berita yang telah usang.

Namun baik aguk Irawan ataupun Asma Nadia bahkan anggota PWI itu menegaskan bahwa ketika menulis jangan mencampur adukkan dengan mengedit, karena akan menjadikan penulis kurang fokus bahkan menjadikan tulisan kehilangan kekuatan dalam karakternya. Oleh sebab itu mereka menyarankan untuk menyelesaikan tulisan tersebut, dan sebelum menyetor ke media direvisi dahulu bahkan jika diperlukan, minta orang lain untuk membacanya. Karena pendapat dan kritikan orang lain bisa menambah nilai plus dalam tulisan.

Selamat Menulis!