Pelantikan Organisasi
Pramoedya Ananta Toer pernah pula menasihatkan, “Kita boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa melakukan perubahan, kita tinggal hanya hewan yang pandai.”
Beberapa hari ini semangat dalam menjalani suatu organisasi kemahasiswaan sudah mulai menunjukkan ke-drop-annya sekali lagi. Di tambah dengan sedikit dan kurangnya kinerja para anggota yang menjadikan organisasi itu akan terpuruk. mungkin itu adalah suatu penyakit yang telah lama terjangkit, karena memang manusiawi jika ada seseorang yang akan meninggalkan sesuatu jika itu tak lagi bermanfaat baginya. Yah... saling memanfaatkan satu sama lain adalah hal yang positif. Tapi bagaimana jika yang terjadi adalah memanfaatkan tanpa memberi konstribusi. Andaikan bila ada setidaknya 5 orang saja yang bekerja di dalam sebuah organisasi yang aslinya beranggotakan 100 orang. Akhirnya karena melihat 95 orang itu leyeh-leyeh tak memberi konstribusi namun terkena imbas kepopuleran, akan menjadikan 5 orang yang bersusah-susah itupun akhirnya berhenti.
Sungguh pemikiran yang dangkal dan ironis memang, tapi itu yang lebih banyak terjadi dan akhirnya organisasi itupun akan menghilang dengan sendirinya, Klasik. Karena tak memiliki anggota. 

Di dalam sebuah kajian sederhana, seorang senior pernah menyatakan bahwa sebuah organisasi itu layaknya sebuah tubuh, tubuh yang anggotanya bekerja bersama dan saling berkaitan. jika ada yang sakit maka semua akan sakit. namun fakta lain menunjukkan jika ada bagian yang sakit maka dihapuskan saja atau di biarkan. Untuk apa sih berorganisasi itu? untuk berkoar-koar mencari dukungan. untuk ajang menjadi pusat perhatian. di cap pintar, wah dan hebat. 

Tak ada yang tahu pastinya.. karena memang setiap individu punya tujuan masing-masing. memilah-milah apakah itu punya keuntungan kepadanya dan seberapa besar nantinya keuntungan yang didapatkan. yang terkadang jika dijabarkan bisa menjadi hal yang memuakkan. 

Lalu apa yang akan selanjutnya terjadi. apakah memilih vakum, diam tak peduli? atau mengutamakan perubahan? seseorang berkata kita hidup diranah birokrasi, ada pengampu kebijakan yang memegang segalanya, lalu saat pengampu itupun diam, apakah kita juga diam?. bayangkan saja jika kita diam Indonesia tak mungkin merdeka kalau soekarno memilih menurut pada Pengampu kebijakan penjajah. Soeharto tak mungkin dilengserkan, jika kita takut akan hukuman mati. 

Menurutku adalah yang sangat bodoh saat kita beralasan seperti itu, lebih bodoh lagi jika kita hanya mengiyakan dan diam saja. kau tahu itu sama saja seperti kerbau yang dicocok hidungnya. mengikuti arus tanpa peduli benar atau salah. Pantaslah jika tak benar-benar ada kemerdekaan yang kita rayakan sekarang ini.

(Menulis dalam ke-emosian dan kebimbangan)