Me and Friends |
Oleh Ika Tusiana
Peringatan 60 Tahun
Konferensi Asia Afrika di Jakarta dan Bandung yang digelar hingga 24 April 2015
ternyata membawa banyak pengaruh terhadap Indonesia dan internasional khususnya
106 Negara yang tergabung didalam KAA 2015. Sebagai pencetus KAA, Indonesia
memang harus mendapatkan apresiasi dalam cara menjalin hubungan internasional
yang menggunakan politik Bebas Aktif.
Selain itu pula dalam KAA 2015, indonesiapun mendapat eksistensinya
kembali sebagai Negara yang patut diperhitungkan dalam kancah dunia
internasional. Apalagi secara gamblang Jokowi memprotes mengenai kebebasan
Palestina terhadap PBB sebagai badan internasional terbesar di dunia.
Walaupun pada waktu lalu
Indonesia memang sempat mendapat kecaman dari berbagai Negara internasional
akibat sikap Jokowi yang tidak menerima grasi dari terpidana kasus Bali Nine
karena dianggap melupakan asas demokrasi. Kecaman itu dilancarkan karena
terpidana kasus Bali Nine kebanyakan berasal dari Negara lain seperti
Australia, Belanda dan Vietnam. Namun Jokowi sebagai orang nomor satu di
Indonesia mempertegas bahwa Indonesia melaksanakan hukuman mati ini karena
melihat dampak kejahatan narkotika terhadap penduduk Indonesia sendiri. Dia
mengungkapkan bahwa setiap tahunnya ada 4,5 Juta menjalani rehabilitasi akibat
Narkoba. Oleh sebab itu Indonesia akan bersikeras menjalani hukuman mati
tersebut.
Kasus ini memang secara
tidak langsung berakibat pada kedudukan Indonesia di mata internasional. Namun
bagaimanapun pro dan kontra yang bermunculan, kasus ini mempertegas bahwa hokum di Indonesia sangat
ketat dan tidak memandang bulu. Indonesia harus mengambil sikap tegas dan tepat
pada semua kasus yang membahayakan bagi keberlangsungan Rakyat Indonesia salah
satunya adalah kasus Narkotika ini.
Selain itu pula Indonesia mempunyai beberapa alasan akan
pentingnya kedudukan Indonesia dalam kancah internasional. Diantaranya adalah
Demokrasi Raksasa, ekonomi yang sehat, masyarakat yang dinamis, islam moderat
dan kesatuan Nasional.
Setelah lepas dari
pemerintahan sentralisasi Soeharto, Indonesia menggunakan asas demokrasi dan
kebebasan pers (Jurnalisme yang bebas dan kritis). Di tambah kebebasan memeluk
agama dan mendapatkan perlindungan negara, tentunya hal tersebut bisa dijadikan
sebagai pembelajaran bagi dunia internasional dalam menegakkan sikap toleransi
terhadap perbedaan. Seperti yang kita tahu pula, Indonesia tidak hanya terdiri
dari 1 atau 2 pulau namun 1700 pulau dengan ratusan etnis dan bahasa yang
berbeda yang disatukan di bawah pemerintahan Indonesia. Tentu saja hal tersebut
bukan hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan, butuh proses yang
panjang untuk memperjuangkan dan menjaganya. Dan tentunya ini adalah sisi
pembelajaran dan kemajuan yang positif di Indonesia, sebagai hal yang tidak
bisa di acuhkan begitu saja dalam dunia internasional.
Sayangnya, masih banyak
hal lainnya yang masih perlu diperbaiki di dalam diri Indonesia khususnya
masalah korupsi dan pemerataan sosial. Apalagi tidak hanya dalam negeri, di
dunia internasionalpun Indonesia mendapat predikat yang tidak baik karena
permasalahan itu, misalnya saja sebagai Negara yang masuk 5 besar Negara
terkorup dan termacet.
Walaupun seperti itu kita
seharusnya tetap berbangga dengan lebih mengutamakan produk dalam negeri
daripada luar negeri. Selain itu pula, dengan ikut membantu mempromosikan
tempat-tempat pariwisata lewat media-media sosial. Serta kita harus
menjaga dan merawat infrastuktur yang telah disediakan, juga menjaga
keseimbangan alam dengan tidak membuang sampah sembarangan serta menentang
keras adanya illegal logging. Selebihnya, semoga Indonesia menjadi Negara yang
terus maju dan lebih baik tidak hanya dimata masyarakatnya namun lebih dimata
internasional.
0 Comments